Dandim Batang Hadiri Prosesi dan Tradisi Penjamasan Tombak Abirawa

VIRAL24.CO.ID – BATANG – Prosesi Ritual Penjamasan Tombak Abirawa di Pendopo, Kabupaten Batang berlangsung sakral, diawali prosesi serah terima tombak Abirawa dari Pejabat Bupati Batang kepada Kepala Disdikbud kemudian dari Kepala Disdikbud di serahkan kepada ahli waris untuk dikirabkan mengelilingi pendopo Kabupaten Batang, Jumat (29/7/22).

Selesai Kirab, pusaka tombak Abirawa di serahkan oleh ahli waris kepada kepala Disdikbud selanjutnya diserahkan kepada Pejabat Bupati Batang untuk selanjutnya pusaka dijamasi.

Pejabat Bupati Batang Dra.Lani Dwi Rejeki, MM.SE, dalam sambutannya mengatakan. Mengawali sambutan saya mengajak Bapak, Ibu dan saudara sekalian untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik dan karunia-Nya, pada malam hari ini kita semua dapat bertemu pada acara Kirab dan Penjamasan Pusaka serta Pagelaran Wayang Golek dalam rangka peringati Malam 1 Suro /1 Muharam 1444 H.

Saya atas nama Pemerintah Daerah menyambut baik dengan diselenggarakannya kegiatan Penjamasan Pusaka ini. Karena kegiatan ini mengandung maksud dan tujuan untuk melestarikan budaya asli Kabupaten Batang, budaya yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita pendiri Kabupaten Batang, sekaligus kita sebagai generasi penerus berkewajiban untuk terus melestarikan budaya di tanah Jawa. Di samping itu selain nguri – uri budaya Jawa, juga untuk mengenang jasa para leluhur, yang telah berjuang dan berkorban demi berdirinya Kabupaten Batang, “Kata Pj. Bupati Batang”.

Kiranya perlu saya sampaikan, bahwa Kirab dan Penjamasan Pusaka kegiatan budaya yang setiap tahunnya rutin dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelestarian budaya sekaligus refleksi 1 Muharam atau 1 Suro. Jamasan pusaka merupakan salah satu cara merawat benda-benda pusaka, benda bersejarah, benda kuno, termasuk benda-benda yang dianggap memiliki tuah.

Oleh karenanya jamasan pusaka mempunyai makna dan tujuan luhur, seperti sudah saya sampaikan tadi, yakni termasuk dalam kegiatan ritual budaya yang dinilai sakral. Jamasan berarti memandikan, menyucikan, membersihkan, merawat dan memelihara, sebagai wujud terima kasih dan menghargai peninggalan karya adiluhung para generasi pendahulu kepada para generasi berikutnya. Tujuannya adalah agar kita tetap mempunyai jalinan rasa, ikatan batin, terhadap sejarah dan makna yang ada di balik benda pusaka. “beber Lani”.

Ia juga menjelaskan. Dalam tradisi masyarakat Jawa, jamasan pusaka menjadi sesuatu kegiatan spiritual yang cukup sakral dan dilakukan hanya dalam waktu tertentu saja. Lazimnya jamasan pusaka dilakukan hanya sekali dalam satu tahun yakni pada bulan Suro tepatnya pada malam satu suro, seperti yang sedang kita laksanakan saat ini.

Kegiatan Penjamasan pusaka ini kita ambil hikmahnya bukan hal yang sirik akan tetapi lebih mengedepankan pendekatan kultural bagian dari tradisi budaya, mulai dari membersihkan pusaka dan jangan hanya dimaknai sekedar membersihkan pusaka, akan tetapi ini merupakan warisan leluhur kita Kabupaten Batang. “Tutur Pj. Bupati Batang”.

Selain penjamasan pusaka, malam ini juga akan selenggarakan dan saksikan Pagelaran pagelaran Wayang Golek. Wayang golek juga sebagai salah satu cara nguri-uri budaya Jawa dan melestarikan budaya bangsa. Seni wayang merupakan warisan budaya para leluhur yang tercipta dari ungkapan cipta, rasa, karsa dan karya yang menghasilkan suatu karya seni yang sangat indah dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai tuntunan, sekaligus sebagai hiburan tontonan rakyat yang menarik.

Seni Wayang merupakan bagian dari budaya Indonesia yang pada hakikatnya sarat dengan makna-makna simbol, filosofis dan religius sehingga sangat berpotensi sebagai sarana membentuk watak dan jiwa bangsa berdasarkan Pancasila. Karena dalam pagelaran wayang mengajarkan kepribadian dan budaya bangsa, membentuk akhlak mulia, memperkuat kepribadian, ketahanan jiwa dalam kehidupan bermasyarakat.

Pagelaran wayang golek malam ini akan menampilkan Lakon “Elang Sutojoyo” yang akan dibawakan oleh dalang Wibi Wihasmoro dan Ki Aji Bayu Lestari, “tutup Lani”. (Muhamad Rohadi)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *